Jumat, 30 Desember 2011

Konservasi Sumber Daya Air Dengan Menanam

Mmm...
Membahas soal air, pasti semua setuju kalau air adalah kebutuhan penting bagi kehidupan setiap mahluk hidup. Jadi sudah seharusnya kita menjaga alam, karena dari alamlah kita mendapatkan air yang kita butuhkan.
Tapi...
Bagaimana dengan keadaan lingkungan yang banyak tercemar???

Pemandangan sampah dan limbah yang mencemarkan air mungkin sudah jadi pemandangan yang tidak asing lagi di mata kita. Realitanya bisa kita liat dari data yang terkumpul juga, seperti gambar yang saya temukan di google searching berikut:

Gambar : Beberapa Pencemaran Air di Indonesia





















Sungguh menyedihkan...

Padahal air sangat kita perlukan untuk kelangsungan hidup semua mahluk hidup.

Jadi, Apa yang harus kita lakukan?

Jawabanya adalah, sudah saatnya kita melakukan "Konservasi Sumber Daya Air"
Konservasi yang dimaksud pada umumnya bertujuan untuk menjaga kelestarian air demi kebutuhan air sekarang dan di masa yang akan datang.

Terkesan dengan apa yang dilakukan kebanyakan masyarakat yang ada di kampungku, Ampenan-Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kebanyakan warga masih menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan airnya.

























Dan yang paling penting, tidak hanya membangun sumur.

Warga selalu menanami tanaman-tanaman di sekitar sumur tersebut. Karena semakin banyaknya tanaman akan membantu ketersediaan air di dalam tanah.

Sebenarnya, banyak hal yang dapat kita lakukan dalam menunjang konservasi sumber daya air ini. Yang paling penting adalah kita sadar untuk menjaga alam, tempat hunian kita ini.

Dan, sederhana saja! Mulailah menanam 1 pohon, sebagai wujud "Go Green" untuk menyimpan cadangan air.






Menanam satu pohon, bisa membantu menghijaukan bumi, dan menjaga persediaan air untuk sekarang dan di masa yang akan datang.


Hijau Alamku, Lestari Airku!

Rabu, 07 Desember 2011

DISABILITAS dan PANDANGAN MASYARAKAT

Beda itu unik, bukan batasan!
Kontes Blogging Kartunet 2011

~Hidup adalah anugrah. Sebuah suratan tentang perjalanan perjuangan. Ada kelebihan, ada juga kekurangan. Pada dasarnya, pencipta hanya ingin kita mensyukuri anugrahNya~

Manusia terlahir atas sebuah anugrah sang Pencipta. Tak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat memilih, seperti apa ia dilahirkan dan dengan siapa ia akan dilahirkan. Semua telah menjadi seperti suratan takdir bagi setiap manusia.

Setiap manusiapun memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Banyak diantara kita yang memiliki keterbatasan, baik fisik maupun psikis.

Perkembangan Pandangan Masyarakat Indonesia

Tak sedikit diantara kita yang memiliki kekurangan secara fisik. Dahulu masyarakat memandang kekurangan ataupun kelain fisik sebagai sebuah kutukan, sehingga tidak seperti manusia sempurna pada umumnya. Cibiranpun sering diterima baik bagi seseorang yang memiliki kekurangan tersebut maupun keluarganya. Menjadi sebuah aib, bila pada sebuah keluarga lahir seseorang yang tidak sempurna secara fisik maupun mental. Dalam pikiran masyarakat dahulu

Namun pandangan inipun berubah seiring perkembangan medis, maka kelainan fisik sering dikatakan penyandang cacat. Istilah penyandang cacatpun lebih meluas dan dikenal oleh kebanyakan masyarakat.

Bukan hanya sekedar istilah penyandang cacat saja. Namun kenyataannya, masyarakat umum sering memandang sebelah mata bagi setiap manusia yang memiliki kekurangan fisik ini. Tidak dapat dipungkiri, lihat saja fasilitas-fasilitas umum yang tersedia, persyaratan masuk kerja, atau kegiatan perlombaan-perlombaan yang diselenggarakan. Jarang sekali yang memperhatikan secara khusus bagi orang-orang yang memiliki kekurangan tertentu.

Pola pikir masyarakat sekiranya belum menyentuh pada hal-hal kemanusiaan yang sesungguhnya. Sering kali hanya sekedar kasian tanpa ada rasa peduli. Mungkin sama saja dengan sebuah kata tanpa perbuatan.

Sebuah kisah yang saya dengar dari seorang gadis di pinggir jalan, mungkin dapat menyentuh hati kita semua.

Siapa sih yang pengen gak bisa liat kak, rasanya hidup gak kan sempurna jika kita menjalaninya tanpa melihat kenyataan. Tapi mau gimana lagi.

Sayapun tak ingin larut dalam kesedihan. Rasanya hidup penuh perjuangan banget bagi saya. Sudah hidup susah, dan sayapun merasa menjadi seorang yang selalu menyusahkan.

Saya gak pernah minta untuk jadi kayak gini, gara-gara kebakaran rumah akibat konslet, saya tertimpa atap yang terbuat dari bambu, tersambar lagi api dari samping, sampai saya pingsan dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Gelapnya hidup saya, ditambah dengan pekatnya apa yang saya lihat. Rasanya hidup saya tidak pernah bahagia. Sampai saya besar sekarang, sayapun tetap tak bisa melakukan apapun. Cuma bisa diam di rumah ini, atau ikut ibu meminta-minta di pinggir jalan.

Kadang pengen ikutan lomba-lomba gitu. Apalagi saya suka nyanyi, tapi ya udahlah saya udah gembel, trus gak bisa liat. Adanya nyusahin. Pengen ikut nari, saya serasa tidak tau diri ya. Atau pengen ikut... gak usalah. Malu saya kak.

Cemooh terlalu sering saya dengar. Saya emang cacat, serba kekurangan.

Masa depan saya suram, dan tak ada yang membawa saya pada sebuah terang. Sampai saat ini, saya rasa terang itu sudah mati. Tak ada manusia yang peduli. Mungkin mereka peduli hanya pada hari-hari tertentu membawa bingkisan. Namun buat saya itu bingkisan gelap, karena mereka hanya membawa pada hari raya, dan mereka sekedar memberi, seperti tak berhati lagi. Karena mereka tak menyadari, bagaimana seandainya mereka diposisi seperti saya.

Mungkin ini hanya sekedar kekecewaan hidup saya. Tapi saya percaya Tuhan itu adil, dan mungkin suatu saat nanti saya menemukan terang yang sesungguhnya. Karena saya percaya ada kehidupan setelah kehidupan ini.

Jika meminta –minta dapat membuat hati ibu saya senang. Sayapun bangga melakukannya. Mungkin hanya itu yang saya dapat lakukan sebagai anak.

Penuturan yang sederhana bukan. Namun bila didengarkan langsung, akan sangat mengiris hati. Mereka yang kekurang semakin dianggap kurang oleh masyarakan pada umumnya. Inilah kenyataan yang sesungguhnya. Kitapun secara tak sadarpun demikian.

Sadar ataupun tidak, kitapun menyepelekan mereka.

Hanya dengan kata istilah “penyadang cacatpun” secara tidak langsung kita telah membedakan mereka dari kita yang normal. Belum lagi kehidupan nyata memberi perbedaan bagi mereka. Sudah saatnya kita perlu menggunakan sebuah istilah yang lebih menghargai mereka.

Mungkin dari kisah yang hampir sama, terjalinlah sebuah kominitas yang sangat membanggakan. Sebuah terobosan baru bagi istilah yang bertujuan untuk menghormati dan lebih menghargai sebuah kekurangan. Didirikan oleh kaum tuna netra pada tanggal 19 Januari 2006 situs http://www.kartunet.com/ ini bukan saja untuk penyandang disabilitas namun ditujukan kepada masyarakat luas. Konten situs berisi informasi yang berkaitan dengan isu disabilitas, juga mempublikasikan karya sastra, penyajian berita, artikel teknologi, kreasi dari penyandang disabilitas.

Kaum ini bergerak untuk tidak patah semangat karena kekurangan yang dimilikinya. Namun sebaliknya, bertekad untuk menuju suatu keadaan yang lebih dihargai, dinilai baik dan dipandang terhormat. Tidak ada yang salah, karena aktualisasi diri itu adalah dampaan setiap individu. Dan sesama umat manusia, sudah sewajarnya kita menghormatinya.

“Disabilitas” adalah sebuah istilah yang kurang populer bagi masyarakat umum. Istilah disabilitas merupakan kata serapan dari bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Penyandang Disabilitas dapat diartikan individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental/intelektual. Istilah ini semakin dikembangkan oleh sebuh forum Kartunet (Karya Tuna Netra Comunity) melalu situsnya http://www.kartunet.com/

Hal ini tentunya harus menjadi perjuangan bersama, apalagi melihat keadaan dunia dewasa ini. Seakan kepedulian terhadap sesama semakin pudar, dan rasa kemanusiaan sering kali tidak dijunjung tinggi lagi. Sungguh ironis memang, bila kita harus membedakan sesuatu yang memang terlihat berbeda.

Seharusnya Indonesia berbangga dengan seluruh anak bangsa. Mereka yang kekuranganpun tidak kurang akal untuk menyatakan diri mereka bahwa mereka pantas untuk di perhitungkan. Para disabilitas perlu dukungan kita mengubah pola pikir masyarakat. Dan untuk itu sudah selayaknya kita non disabilitas sebagai satu kesatuan masyarakat Indonesia, turut mengembangkan istilah ini. Bukan hanya sekedar menggunakan sebuh kata, tapi memahami bahwa kaum disabilitas bukanlah kaum yang berbeda. Kita adalah ciptaan Tuhan yang istimewa.


Mari belajar menghargai, karena ucapan hanya singkat dikatakan, namun dapat bermakna dalam bagi yang mendengarkannya. Biarlah melalui forum http://www.kartunet.com/ kita semakin mengenal mereka, support kita sebagai dukungan bahwa kita adalah sesama yang saling membutuhkan.

Mari bantu mereka. Kita ini sama. Kita ini ciptaan Tuhan!


sebuah lagu lama dari Tere:

reff: Bukan kah kita diciptakan, untuk dapat saling melengkapi
Mengapa ini yang terjadi???

agar lagu ini tidak sekedar menjadi tanda tanya, mari kita dukung situs ini http://www.kartunet.com/ untuk mengubah pandangan masyarakat luas agar tidak melihat kekurangan menjadi sebuah perbedaan.
Bersama kita bisa kawan :) Mengatasi keterbatasan tanpa batas!