Dilihat dari peta rupa bumi, air
merupakan komponen terbesar di bumi dengan presentase mencapai 70 persen
berbanding 30 persen dengan daratan. Dengan presentase sebesar itu, seharusnya
manusia tidak perlu khawatir kehabisan pasokan air.
Air merupakan kebutuhan paling dasar
bagi makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari- hari kebutuhan manusia akan air
mencapai 80 persen. Kebutuhan masyarakat akan air dapat dikategorikan
dalam dua jenis penggunaan, yaitu berupa konsumsi langsung dan konsumsi tak
langsung. Konsumsi langsung berupa penggunaan untuk minum, mandi, cuci,
menyiram tanaman dam lainnya, sedang kebutuhan tak langsung terefleksikan dalam
besarnya kebutuhan akan barang-barang dan jasa dimana untuk memproduksi
barang-barang dan jasa tersebut diperlukan sejumlah sumberdaya air.
Namun faktanya, di Indonesia masalah
air bersih merupakan masalah yang tak berujung. Dari mulai masalah kelangkaan
air sampai pada ketidaktersediaan air bersih akibat hujan, banjir dan longsor.
(http://www.detikmaya.com/2012/03/indonesia-terancam-krisis-air-bersih.html)
Beberapa berita mengenai kelangkaan
air berseih menjadi sorotan yang cukup parah di negeri kita tercinta ini. Lihat
saja beberapa berita mengenai kelangkaan air bersih di Indonesia yang terjadi
pada tahun 2012, diantaranya Jawa Tengah (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/08/05/101046/Kekeringan-Makin-Parah-di-Jateng)
Jawa Barat ( http://www.infojabar.com/2012/08/krisis-air-bersih-landa-sejumlah-desa.html)
Malang (http://www.beritajatim.com/detailnews.php/8/Peristiwa/2012-07-29/142482/Sejumlah_Desa_di_Malang_Selatan_Rawan_Kekeringan)
Padang (http://www.padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=37560)
Mengapa terjadi kelangkaan?
1. Sampah
Sumber gambar: (www.google.com)
Masalah sampah memang bukan hal baru. Sepertinya kurangnya kesadaran warga Indonesia untuk membuang sampah pada tempatnya menjadi faktor utama menumpuknya sampah pada tempat-tempat yang tidak seharusnya. Hasilnya banyak saluran air yang mampet akibat tumpukan sampah tersebut dam pada akhirnya siklus airpun menjadi tercemar dan tidak sehat lagi. Banjir tidak dapat dihindarkan lagi, dan manusiapun akan kekurangan air bersih.
2. Limbah
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru, bahan deterjen dan sabun ditemukan sebagai pelengkap pembersihan, baik untuk badan maupun peranti sehari-hari. Namun, air bekas campuran bahan detergen dan sabun tersebut akan menghasilkan limbah. Sehingga tak jarang kita menemukan sungai ataupun waduk yang berbau tidak sedap dan berwana sangat pekat.
Studi Kasus Kelangkaan air bersih
Beberapa waktu yang lalu, ketika pulang kampung untuk berlibur. Rekan saya menceritakan sulitnya mendapatkan air bersih di rumahnya. Air yang keluar dari keran terlihat tidak jernih. Jadi sangat tidak sehat untuk dikonsumsi.
Sebagai contoh, dalam blog kali ini
saya akan mengajak sobat blogger untuk mengkaji masalah kelangkaan air bersih
yang ada di daerah saya yaitu Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Masalah
kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah mendapat perhatian
banyak pihak, termasuk pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat luas.
Meningkatnya permintaan sumberdaya air sebagai akibat makin meningkatnya jumlah
penduduk, pembangunan ekonomi, dan konsen terhadap kebutuhan lingkungan di satu
sisi, dan makin berkurangnya ketersediaan sumberdaya air sebagai akibat dari perubahan
iklim, rusaknya hutan sebagai daerah tangkapan air, rendahnya recharge (tingginya
run-off), dan tingginya biaya infrastruktur di sisi lain, telah
menyebabkan tekanan dan kelangkaan sumberdaya air terus meningkat.
Tabel Potensi dan Kebutuhan Air Pulau Lombok Tahun
2004
No.
|
SWSS
|
Potensi (juta
m3/th)
|
Kebutuhan (juta
m3/Tahun)
|
Neraca
(juta m3 per
th)
|
||||||
Air Permukaan
|
Air Tanah
|
Jumlah
|
Domestik
|
Pertanian
|
Industri
|
Lain
|
Jumlah
|
|||
1.
|
Dodokan
|
1 167.0
|
536.0
|
1 703.0
|
120.21
|
1 576.99
|
643.27
|
585.12
|
2 925.59
|
-1 222.61
|
2.
|
Jelateng
|
198.0
|
113.0
|
311.0
|
7.08
|
55.52
|
0.00
|
15.65
|
78.25
|
232.75
|
3.
|
Menanga
|
532.0
|
232.4
|
764.4
|
34.95
|
523.59
|
189.13
|
186.82
|
934.58
|
-170.18
|
4.
|
Putih
|
1 015.0
|
147.6
|
1162.6
|
17.71
|
162.78
|
0.00
|
45.12
|
225.61
|
936.99
|
Jumlah
|
2 912.0
|
1 029.0
|
3941
|
179.95
|
2 318.87
|
832.92
|
832.81
|
4 164.03
|
-223.00
|
|
Sumber :
Dinas Kimpraswil Propinsi NTB, 2004 dan Dinas Pertambangan dan Energi 2004.
Kebutuhan air
Wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan signifikan terutama pada
periode 1999-2011, dimana kebutuhan air meningkat lebih dari sepuluh kali
lipat, dari 26 mP3P per detik menjadi 365 mP3P per detik, dan diprediksi pada
tahun 2015 meningkat 45%, dan 12% pada tahun 2020 (ESCAP, 2000). Penggunaan air
masih didominasi untuk kebutuhan irigasi (56%), dan karena NTB merupakan daerah
pemasok beras nasional, jumlah permintaan air terus meningkat sebesar 8.9% per
tahun seiring dengan semakin intensifnya program peningkatan produksi pangan.
Kebutuhan air untuk kepentingan domestik juga mengalami peningkatan. Jumlah
sambungan air minum PDAM meningkat rata-rata sebesar 6% per tahun, sedang total
konsumsi air meningkat dengan rata-rata peningkatan 8% per tahun (Sa’diyah,
2007).
Pesatnya pembangunan sektor pariwisata selama dua dasawarsa terakhir,
dan maraknya pertumbuhan perusahaan air minum kemasan baik yang merupakan
perusahaan lokal maupun delokalisasi perusahaan nasional telah menyebabkan
eksploitasi sumberdaya air meningkat lebih tajam. Kebutuhan air mencapai 4.16
milyar mP3P yang terdiri dari 2.32 milyar mP3P untuk sektor pertanian, 832.92
juta mP3P untuk sektor industri, 179.95 juta mP3 Puntuk sektor domestik, dan
832.81 juta mP3P untuk kebutuhan lainnya (Dinas Kimpraswil Propinsi NTB, 2004).
Menurut data Dinas
Pertambangan Propinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2004 jumlah ketersediaan air (3.941
milyar mP3P per tahun) masih lebih kecil dibandingkan kebutuhannya (4.164
milyar mP3P per tahun). Neraca Air Pulau Lombok mengalami defisit sebesar
223.03 juta mP3P per tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dilakukan pengambilan stok air tanah (Balai Hidrologi Dinas Kimpraswil Propinsi
NTB, 2004). Kenyataan ini mengindikasikan perlunya pengelolaan sumberdaya air
secara efisien, baik pengelolaan dari sisi permintaan maupun dari sisi
penyediaan, agar kelestarian sumberdaya air dapat terjaga.
Dalam
memenuhi kebutuhan air minum dan air sehat masyarakat Kota Mataram dihadapkan
pada beberapa alternatif pemenuhan yaitu dengan menggunakan air sumur, air
layanan PDAM Menang, air galon isi ulang, dan air produksi perusahaan air minum
kemasan. Keputusan pilihan sumber
pemenuhan air minum dan air bersih tersebut membawa konsekuensi ekonomi dan
kualitas (resiko kesehatan) yang berbeda. Dengan mengkonsumsi air sumur konsumen
harus mengeluarkan biaya investasi pembuatan sumur, pompa beserta instalasi,
biaya eksploitasi dan biaya pengolahan (merebus), dan untuk mengkonsumsi air
PDAM konsumen harus membayar biaya sambung, biaya abunemen dan biaya pemakaian
air, sedang untuk konsumsi air isi ulang dan air minum kemasan konsumen harus
membayar sebesar harga barang tersebut di pasar. Konsumen beranggapan bahwa
kualitas (dilihat dari kontaminan dan kandungan zat-zat yang tidak diinginkan
seperti kapur dan endapan lainnya) air minum kemasan lebih tinggi dari air
lainnya, disusul air galon isi ulang, air PDAM dan air sumur.
Survey
terdahulu menunjukkan bahwa lebih dari 50% masyarakat kota Mataram menerima
layanan PDAM Menang, namun karena kualitas air PDAM dianggap masih belum memenuhi
standar kesehatan dan karena alasan kepraktisanmaka 31% diantaranya menggunakan
air galon untuk memenuhi kebutuhan air minumnya, sedang hampir setengah
penduduk sisanya tergantung pada air sumur. Total konsumsi air PDAM mencapai
16.95 juta mP3 Pper tahun dengan rata-rata konsumsi air PDAM sebesar 65 mP3P per
kapita per tahun. Sedang konsumsi air galon baik yang diproduksi oleh
perusahaan air minum kemasan maupun depot isi ulang sebanyak 1.6175 juta galon
(untuk kebutuhan Pulau Lombok) atau 6–10 galon per rumahtangga per tahun dengan
pengeluaran rata-rata Rp 600 000 per rumahtangga per tahun (Sa’diyah, 2007).
Tingginya
tingkat kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok telah menyebabkan kompetisi
alokasi penggunaan sumberdaya tersebut semakin meningkat dan pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan konflik, baik konflik antar sektor maupun antar
wilayah pengguna. Konflik antar petani dan PDAM Menang serta perusahaan air
minum kemasan pernah terjadi beberapa kali dan di beberapa lokasi sumber air
karena kebutuhan irigasi yang selama ini dipenuhi dari sumber mata air tertentu
menjadi berkurang hingga mengganggu sistem usahatani. Konflik antar wilayah
pengguna juga pernah terjadi karena masyarakat yang berada di sekitar sumber
(daerah hulu), yang selama ini dituntut untuk menjaga kelestarian kawasan hutan
sebagai daerah resapan air dan dipersalahkan jika terjadi kelangkaan air akibat
rusaknya hutan, kurang mendapat alokasi sumberdaya air yang memadai. Sedang
masyarakat di kawasan hilir yang selama ini banyak menikmati sumberdaya air,
dianggap tidak memberi kontribusi finansial yang cukup berarti bagi upaya
konservasi sumber mata air. Kebijakan otonomi daerah di tingkat kabupaten yang
memberi wewenang setiap kabupaten untuk mengelola sumberdaya alamnya secara
otonom dapat memicu konflik antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya air.
Sifat air yang mengalir tidak terbatas pada ruang, mengharuskan adanya
koordinasi antar wilayah secara baik.
Gejala
kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok haruslah diantisipasi sedini mungkin,
mengingat pemenuhan terhadap kebutuhan air masyarakatnya sangat tergantung pada
satu sumber (kawasan Gunung Rinjani), maka jika kelestariannya tidak dapat
dijaga, opportunity cost (misalnya biaya desalinasi air laut) yang harus
ditanggung oleh masyarakat kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan
biaya konservasi sumber air yang ada
Permasalahan-permasalahan
di atas mendasari pentingnya kajian terhadap upaya pelestarian sumberdaya air
dan pengelolaan sumberdaya air secara baik. Masalah alokasi sumberdaya yang
efisien dan adil, baik antar sektor pengguna, antar spasial, dan antar generasi,
sehingga dicapai kegunaan yang maksimal bagi masyarakat belakang ini menjadi
issue yang sedang berkembang dan menarik perhatian banyak pihak, baik secara
lokal, nasional maupun internasional. Demikian juga diperlukan pegembangan
teknik penetapan harga (water pricing) yang tepat bagi terlaksananya
alokasi sumberdaya secara efisien, yang akan merupakan kunci penting dalam
pengelolaan sumberdaya air yang efisien, adil dan berkelanjutan (sustainable).
Pentingnya
menjaga kelestarian sumberdaya air melalui keseimbangan antara permintaan dan
ketersediaan sumberdaya menjadikan pentingnya pendekatan model pengelolaan
sumberdaya air yang mengintegrasikan unsur kepemilikan sumberdaya (resource
endowment), sektor produksi yang menggunakan air sebagai input dalam proses
produksi, dan rumahtangga sebagai konsumen akhir yang mengkonsumsi air sebagai
kebutuhan langsung, dan air maya (virtual water) yang terkandung di
dalam barang dan jasa yang dikonsumsinya.
Penelitian
tentang pengelolaan sumberdaya air telah banyak dilakukan dengan berbagai
topik, pendekatan, tujuan dan model matematik yang digunakan. Permasalahan
efisiensi penggunaan dan optimasi alokasi sumberdaya air menjadi issue paling
dominan (Bielsa and Duarte, 2001; Reca et al., 2001; Salman et al.,
2001; Wardlaw and Bhaktikul, 2001); selain water pricing dan valuasi
sumberdaya air, property right dan kelembagaan. Model pengelolaan yang
dibangun meliputi permasalahan pengelolaan sumberdaya air dengan sumber air
tunggal maupun multi sumber (Syaukat, 2000), sektor pengguna tunggal maupun
multi pengguna, satu wilayah maupun antar wilayah, satu tujuan maupun multi
tujuan (Xevi, 2005), serta model matematika statis maupun dinamik. Tujuan
pengelolaan juga dapat berupa pencapaian manfaat sosial maupun individu yang
maksimal. Namun pendekatan dan model yang dibangun dalam alokasi sumberdaya air
tidak mempertimbangkan kepentingan pemenuhan kebutuhan konsumen akan barang dan
jasa yang dalam proses produksi memerlukan sumberdaya air.
Dari studi kasus diatas tentu menimbulkan pertanyaan yang besar dibenak kita. Pasalnya Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan suatu daerah yang belum mengalami perkembangan kemajuan teknologi dan pembangunan daerah namun memiliki masalah kelangkaan air bersih. Bisa dibayangkan bukan krisis air bersih yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta karena pembangunannya yang sangat pesat.Oleh karena ini, sejak dini seharusnya kita memiliki kesadaran untuk mempersiapakan cadangan air bagi generasi penerus kita.
Apa yang harus kita lakukan?
Sungai-sungai
kotor, banjir, dan kurangnya penyerapan air bersih inilah yang menjadi penyebab
kelangkaan air bersih. Maka dari itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya penghematan air dan water
harvesting (penyimpanan air) mulai dari sekarang. Adapun cara
menghemat dan menyimpan air yang mudah:
1. Buanglah sampah pada tempatnya.2. Peliharalah lingkungan dengan menanam tanaman, maupun pepohonan di halaman rumah anda.
3. Lakukan pembuatan Rainwater harversting.
Rainwater harvesting adalah sebuah cara untuk menyimpan air dengan menyimpan air hujan, baik dengan pembentukan kolam, danau, dan tanah resapan. Air yang ‘dipanen’ dari air hujan tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan air tingkat 2, seperti mencuci mobil, flushing toilet, dan menyiram tanaman. Hal ini sangat menguntungkan karena selain pemilik tanah tidak kekurangan air, menyimpan air seperti ini dapat mengurangi beban saluran kota dalam menampung dan mengalirkan limpahan air hujan.
Sistem ini cukup mudah dibuat, yaitu dengan membuat penangkap air, yang kemudian diberi beberapa filter penyaring air, seperti pasir, kerikil, sabut kelapa, dan sebagainya. Lalu, air yang telah disaring dapat ditampung untuk selanjutnya digunakan untuk beberapa kegiatan yang telah disebutkan tadi. Sangat efektif untuk menghemat air tanah yang semakin lama semakin langka.
Gambar di atas adalah salah satu sistem dalam rainwater harvesting, dengan menggunakan atap sebagai penangkap air. Sistem juga dapat lagsung dibuat di atas tanah, misalnya danau, green swale, dan sebagainya.
4. Gunakan teknologi yang menunjang penyediaan air bersih dengan harga yang ekonomis.
Salah satu produk terkenal dan sudah terjamin adalah Pureit dari Unilever. Pureit bekerja dengan teknologi canggih 4-tahap pemurnian air “Teknologi Germkill” untuk menghasilkan air sehat yang benar-benar aman terlindungi sepenuhnya dari bakteri dan virus.
Pureit ini dapat menjadi Perlindungan Menyeluruh Dari Kuman.
Produk ini sudah mendapat legalitas dan jaminan dari dunia.
Mudah kan sobat blogger untuk mendapatkan air bersih yang sehat. Mulai sekarang yuk menjaga "Kelestarian Sumber Air Minum" untuk kita dan anak cucu kita nanti.
"Saya Perlu, Saya harus peduli!"
2019 Best commercial Ice Shaver
BalasHapus2019 Best Undercounter ice shaver machines
2019 Best frozen drink maker slush
lello Best Gelato Maker 2019
Best countertop and portable ice maker shaver
2019 best ice shaver
2019 best commercial shaved ice machine
2019 best frozen drink maker machine
2019 best hand crank manual ice shaver